Entri Populer

Kamis, 07 Juli 2011

Pengalaman Soeharto

Seperti jamaknya pensiunan jendral ABRI di negara kita, mereka masih
dipekerjakan di sektor swasta atau di lembaga-lembaga lain yang
membutuhkan atau dipaksa untuk membutuhkan. Kata mereka yang membela
sistem ini adalah untuk mengurangi dampak negatif dari apa yang terkenal
dengan “post power syndrome.”
Rupanya Soeharto pun tidak lepas dari kerangka berpikir seperti di atas.
Jadi dia memang masih berharap jika dia pensiun dari presiden, masih
dibutuhkan di tempat lain.
Namun, sebagai jendral, rupanya dia sudah membayangkan skenario
yang bakal terjadi kalau dia pensiun. Beginilah bayangan dia: “Kalau saya nanti
pensiun, dan akan ditempatkan di suatu perusahaan, pasti akan diadakan
wawancara dahulu.” Kemudian Soeharto membayangkan percakapan dalam
wawancara tersebut adalah sebagai berikut:

Pewawancara, “Pak Harto, apakah pengalaman bapak sebelum ini?
Soeharto menjawab, “Saya berpengalaman menjadi presiden!”
Pewawancara, “Apakah Pak Harto berpengalaman mendidik isteri?”
Soeharto menjawab dengan agak malu, “Saya tidak berpengalaman”
Pewawancara, “Apakah Pak Harto berpengalaman mendidik anak?”
Soeharto menjawab dengan tersipu, “Saya tidak berpengalaman”
Pewawancara terus saja melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang biasa
dilontarkan kepada orang-orang biasa, ternyata setiap pertanyaan tersebut
dijawab oleh Soeharto dengan “tidak berpengalaman” yang tentu saja betul.
Oleh karena itu, Soeharto, setelah membayangkan kemungkinan diterima
untuk menjadi pegawai di suatu perusahaan adalah kecil, dan mengingat dia
tidak punya pengalaman selain menjadi presiden, maka dia bersumpah dalam
hati: “Aku harus jadi presiden, sampai mati!, karena itu saja yang saya
pengalaman.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar